STUDI
KASUS
Sebuah Metode Kualitatif Interaktif
Pendahuluan
Metode kualitatif
secara garis besar dibedakan dalam dua macam, kualitatif interaktif dan non
interaktif. Metode kualitatif interaktif (interactive
inquiry), merupakan studi yang mendalam menggunakan teknik pengumpulan data
langsung dari orang dalam lingkungan alamiahnya. Sedangkan metode kualitatif
non interaktif (non interactive inquiry) merupakan
penelitian yang tidak menghimpun data secara interaktif atau melalui interaksi
dengan sumber data manusia. Sumber datanya adalah dokumen-dokumen. Dalam hal
ini, studi kasus (case study)
tergolong metode kualitatif interaktif yang sering digunakan dalam ilmu-ilmu
sosial dan kemanusiaan serta ilmu terapan.
Konsep
Studi Kasus
1.
Definisi
Studi kasus (case study) diartikan sebagai metode atau strategi dalam penelitian untuk
mengungkap kasus tertentu. Studi kasus merupakan suatu penelitian yang diarahkan
untuk menghimpun data, mengambil makna, serta memperoleh pemahaman dari kasus
tersebut. Studi kasus dilakukan terhadap suatu “kesatuan sistem”. Kesatuan ini
dapat berupa program, kegiatan, peristiwa, atau sekelompok individu yang
terikat oleh tempat, waktu atau ikatan tertentu. Studi kasus dapat terdiri atas
satu unit atau lebih dari satu unit, tetapi tetap dalam satu kesatuan sistem.
Misalnya, kasus dapat satu orang, satu kelas, satu sekolah, beberapa sekolah
tetapi dalam satu kantor kecamatan, dsb.[1]
2.
Tujuan
Penelitian studi kasus
bertujuan secara khusus menjelaskan dan memahami obyek yang ditelitinya secara
khusus sebagai suatu ‘kasus’. Sebagaimana pendapat Yin (2003a, 2009) yang menyatakan
bahwa :
Tujuan
penggunaan penelitian studi kasus adalah tidak sekedar untuk menjelaskan
seperti apa obyek yang diteliti, tetapi untuk menjelaskan bagaimana keberadaan
dan mengapa kasus tersebut dapat terjadi. Dengan kata lain, penelitian studi
kasus bukan sekedar menjawab pertanyaan penelitian tentang ‘apa’ (what) obyek yang diteliti, tetapi lebih
menyeluruh dan komprehensif lagi adalah tentang ‘bagaimana’ (how) dan ‘mengapa’ (why) obyek tersebut terjadi dan terbentuk sebagai dan dapat
dipandang sebagai suatu kasus.
Berdasarkan tujuan
sebagaimana dijelaskan di atas, penelitian studi kasus bertujuan untuk mengungkapkan
kekhasan atau keunikan karakteristik yang terdapat di dalam kasus yang
diteliti. Kasus itu sendiri merupakan penyebab dilakukannya penelitian studi
kasus, oleh karena itu, tujuan dan fokus utama dari penelitian studi kasus
adalah pada kasus yang menjadi obyek penelitian. Untuk itu, segala sesuatu yang
berkaitan dengan kasus, seperti sifat alamiah kasus, kegiatan, fungsi,
kesejarahan, kondisi lingkungan fisik kasus, dan berbagai hal lain yang
berkaitan dan mempengaruhi kasus harus diteliti.
Karakteristik
Penelitian Studi Kasus
Karakteristik penelitian studi kasus
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Menempatkan
obyek penelitian sebagai kasus
Peneliti studi kasus
harus memahami bagaimana menempatkan obyek atau target penelitiannya sebagai
kasus di dalam penelitiannya. Pada umumnya, kasus menyangkut kejadian dari
kehidupan sehari-hari yang nyata. Kasus dapat berupa seseorang, sekelompok
orang, kejadian, masalah, konflik, keputusan, program, pelaksanaan suatu proses,
dan proses organisasi. Seperti telah dijelaskan pada bagian kajian pengertian
di depan, maksud penelitian studi kasus adalah untuk menjelaskan dan
mengungkapkan kasus secara keseluruhan dan komprehensif. Dengan demikian, kasus
dapat didefinisikan secara praktis sebagai suatu fenomena yang harus diteliti
dan diinterpretasikan sebagai satu kesatuan yang utuh dan komprehensif pada
setiap variabel informasi yang terdapat di dalamnya.
2. Memandang
kasus sebagai fenomena yang bersifat kontemporer
Bersifat kontemporer,
berarti kasus tersebut sedang atau telah selesai terjadi, tetapi masih memiliki
dampak yang dapat dirasakan pada saat penelitian dilaksanakan, atau yang dapat
menunjukkan perbedaan dengan fenomena yang biasa terjadi. Dengan kata lain,
sebagai bounded system (sistem yang
dibatasi), penelitian studi kasus dibatasi dan hanya difokuskan pada hal-hal
yang berada dalam batas tersebut. Pembatasan dapat berupa waktu maupun ruang
yang terkait dengan kasus tersebut.
3. Dilakukan pada kondisi kehidupan
sebenarnya
Pelaksanaan penelitian
studi kasus menggunakan pendekatan penelitian naturalistik. Dengan kata lain,
penelitian studi kasus meneliti kehidupan nyata, yang dipandang sebagai kasus.
Kehidupan nyata itu sendiri adalah suatu kondisi kehidupan yang terdapat pada
lingkungan hidup manusia baik sebagai individu maupun anggota kelompok yang
sebenarnya. Penelitian studi kasus berupaya mengungkapkan dan menjelaskan
segala sesuatu yang berkaitan dengan obyek yang ditelitinya pada kondisi yang
sebenarnya, baik kebaikannya, keburukannya, keberhasilannya, maupun kegagalannya
secara apa adanya.
4. Menggunakan
berbagai sumber data
Pengggunaan berbagai
sumber data dimaksudkan untuk mendapatkan data yang terperinci dan komprehensif
dan dimaksudkan untuk mencapai validitas dan realibilitas penelitian. Adapun
bentuk-bentuk data tersebut dapat berupa catatan hasil wawancara, pengamatan
lapangan, pengamatan artefak dan dokumen. Catatan wawancara merupakan hasil
yang diperoleh dari proses wawancara, baik berupa wawancara mendalam terhadap
satu orang informan (partisipan) maupun terhadap kelompok orang dalam suatu
diskusi. Sedangkan catatan lapangan dan artefak merupakan hasil dari pengamatan
atau obervasi lapangan. Catatan dokumen merupakan hasil pengumpulan berbagai
dokumen yang berupa berbagai bentuk data sekunder, seperti buku laporan,
dokumentasi foto dan video.
5. Menggunakan
teori sebagai acuan penelitian
Pada penelitian studi
kasus, teori digunakan baik untuk menentukan arah, konteks, maupun posisi hasil
penelitian. Kajian teori dapat dilakukan di bagian depan, tengah dan belakang
proses penelitian. Pada bagian depan, teori digunakan untuk membangun arahan
dan pedoman di dalam menjalankan kegiatan penelitian. Secara khusus, pada
bagian ini, teori dapat dipergunakan untuk membangun hipotesis. Pada bagian
tengah, teori dipergunakan untuk menentukan posisi temuan-temuan penelitian
terhadap teori yang ada dan telah berkembang. Sedangkan pada bagian belakang,
teori dipergunakan untuk menentukan posisi hasil keseluruhan penelitian terhadap
teori yang ada dan telah berkembang.[2]
Langkah-Langkah
Penelitian Studi Kasus
a. Pemilihan
kasus, dalam pemilihan kasus hendaknya dilakukan secara bertujuan (purposive). Kasus dapat dipilih oleh
peneliti dengan menjadikan objek orang, lingkungan, program, proses, dan masyarakat
atau unit sosial. Ukuran dan kompleksitas objek studi kasus haruslah masuk
akal, sehingga dapat diselesaikan dengan batas waktu dan sumber-sumber yang
tersedia.
b. Pengumpulan
data, terdapat beberapa teknik dalam pengumpulan data, tetapi yang lebih
dipakai dalarn penelitian studi kasus adalah observasi, wawancara, dan analisis
dokumentasi. Peneliti sebagai instrumen penelitian, dapat menyesuaikan cara
pengumpulan data dengan masalah dan lingkungan penelitian, serta dapat
mengumpulkan data yang berbeda secara serentak.
c. Analisis
data, setelah data terkumpul peneliti dapat mulai mengagregasi, mengorganisasi,
dan mengklasifikasi data menjadi unit-unit yang dapat dikelola. Agregasi
merupakan proses mengabstraksi hal-hal khusus menjadi hal-hal umum guna
menemukan pola umum data. Data dapat diorganisasi secara kronologis, kategori
atau dimasukkan ke dalam tipologi. Analisis data dilakukan sejak peneliti di
lapangan, sewaktu pengumpulan data dan setelah semua data terkumpul atau
setelah selesai dari lapangan.
d. Perbaikan
(refinement), meskipun semua data
telah terkumpul, dalam pendekatan studi kasus hendaknya dilakukan penyempurnaan
atau penguatan (reinforcement) data
baru terhadap kategori yang telah ditemukan. Pengumpulan data baru mengharuskan
peneliti untuk kembali ke lapangan dan barangkali harus membuat kategori baru,
data baru tidak bisa dikelompokkan ke dalam kategori yang sudah ada.
e. Penulisan
laporan, laporan hendaknya ditulis secara komunikatif, rnudah dibaca, dan mendeskripsikan
suatu gejala atau kesatuan sosial secara jelas, sehingga rnemudahkan pembaca
untuk memahami seluruh informasi penting. Laporan diharapkan dapat membawa
pembaca ke dalam situasi kasus kehidupan seseorang atau kelompok.
Kesimpulan
Studi kasus merupakan
penelitian yang mendalam tentang individu, satu kelompok, satu organisasi, satu
program kegiatan, dan sebagainya dalam waktu tertentu. Tujuannya untuk
memperoleh deskripsi yang utuh dan mendalam dari sebuah entitas. Studi kasus
menghasilkan data untuk selanjutnya dianalisis untuk menghasilkan teori. Data
studi kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, baik melalui
wawancara, observasi, partisipasi, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dari
berbagai cara itu hakikatnya untuk saling melengkapi. Ada kalanya data yang
diperoleh dari wawancara belum lengkap, sehingga harus dicari lewat cara lain,
seperti observasi, dan partisipasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar