Saronen
Musik
instrumentalia Saronen terdiri dari 9 alat musik dengan nilai filosofi Islam
yang sangat kental. Karena ke-sembilan alat musik tersebut adalah
pengejawantahan ayat pendek yang menjadi pembuka Al Qur’anul Karim, yaitu Bismillahhirrohmanirrohim.
Adapun ke-9 alat musik tersebut terdiri dari ; 1 saronen, 1 gong besar, 1
kempul, 1 kenong besar, 1 kenong tengahan, 1 kenong kecil, 1 korca, 1 gendang
besar dan 1 gendang dik gudik (kecil).
Kesembilan
alat musik tersebut menjadi perpaduan yang harmonis, sedangkan yang menjadi ruh
dari orkes ini adalah alat musik Saronen yang berbentuk kerucut.
Dalam
perkembangannya, alat musik yang terdiri dari 9 unsur tersebut mengalami
penambahan sehingga menjadi 12 alat musik. Yaitu dengan penambahan 1 alat musik
saronen serta 1 alat musik kempul. Begitu pula dengan jumlah penabuh/pemusik.
Orkes Saronen yang tetap memakai komposisi (versi) lama, menggunakan alat musik
sebanyak 9 dengan penabuh sebanyak 9 personel. Masing-masing membawa satu alat
musik, sedangkan gong dan kempul dipikul oleh dua penabuh, yang secara
bergantian memukul alat musik tersebut. Sedangkan yang menggunakan komposisi
(versi) baru alat musik berjumlah 12, serta penabuh/pemusik juga berjumlah 12
orang.
Irama yang
dihasilkan dari instrumen musik Saronen dipakai sebagai pengiring kegiatan
Kerapan Sapi, atraksi Sapi Sono’, berbagai upacara ritual di makan keramat,
acara pesta perkawinan ataupun dalam event-event kesenian. Selain itu orkes
musik Saronen dapat berdiri sendiri dengan menyajikan berbagai bentuk tontonan
yang menarik dan atraktif. Yaitu dengan cara memodifikasi berbagai unsur gerak,
baik seni tari, seni hadrah maupun seni bela diri silat dalam kemasan gerak
tari sesuai irama musik yang dimainkan. Instrumen musik ini sangat kompleks
dalam penggunaannya. Katakanlah musik serba guna yang mampu menghadirkan
berbagai nuansa sesuai dengan kepentingan. Begitu pula dengan lagu-lagu yang
dibawakan, musik. Saronen mampu mengiringi lagu-lagu dari berbagai aliran
musik, baik itu keroncong, dangdut, pop, rock and rool maupun lagu-lagu daerah
lainnya. Lagu-lagu keroncong yang ber-irama mendayu-dayu misalnya, mampu
digubah dalam irama mars yang dinamis.
Dalam
setiap atraksi, orkes Saronen ini mampu membangun serta menciptakan suasana
yang hangat dan gembira. Ketika berjalan mengikuti iring-iringan pasangan sapi,
baik Kerapan Sapi atau Sapi Sono’, upacara-upacara ritual, mengiringi atraksi
kuda Kenca’ ataupun arak-arakan para pemusik ini berjalan dengan
langkah-langkah pendek sambil berlenggak-lenggok mengikuti irama,
gerakan-gerakan itu disesuaikan dengan irama lagu yang dibawakan.
Alat musik
Saronen biasanya dipakai sebagai pembuka komposisi dengan permainan solo.
Suaranya yang sedikit sengau dan demikian keras, meloncat-loncat, melengking-lengking
dan meliuk-liuk dalam irama yang menghentak. Baru setelah itu diikuti oleh
pukulan alat musik lainnya, pukulan gendang, kenong, ketukan kerca dan simbal.
Perpaduan alat-alat musik tersebut menghasilkan keselarasan irama pada seluruh
orkes. Setiap komposisi musik yang dimainkan, di awali dalam tempo lamban yang
berubah menjadi tempo medium, lalu semakin cepat, atau sebaliknya, permainan
diawali langsung dalam tempo medium langsung berubah menjadi cepat dan berakhir
dengan tempo yang semakin cepat untuk seluruh orkes. Permainan yang sangat
variatif dan penuh improvisasi dari para pemain, serta teriakan yang
dilontarkan para pemain menambah kegairahan pada irama yang sudah melengking
dan meloncat-loncat. Dalam setiap permainan, setiap komposisi lagu berakhir
seketika, dalam arti semua instrumen berhenti pada saat yang sama.
Seperti
halnya instrumen musik lain, Saronen dapat dimainkan sesuai dengan jenis irama
yang diinginkan. Walaupun sangat dominan memainkan jenis irama mars, dalam
bahasa Madura irama sarka’, Saronen ini mampu menghasilkan jenis irama lainnya,
yaitu irama lorongan (irama sedang). Jenis irama ini terdiri dari dua, yaitu
irama sedang “lorongan jhalan” dan irama slow ‘lorongan toju’. Masing-masing
irama tersebut dimainkan di berbagai kegiatan kesenian dengan acara serta
suasana yang berbeda.
Untuk irama
sarka’, biasanya dimainkan dalam suasana riang dan permainan musik cepat dan
dinamis. Tujuannya adalah memberikan semangat dan suasana hangat. Adapun semua
lagu dapat digubah dalam irama sarka’. Sementara itu, untuk jenis irama
lorongan, baik lorongan jhalan (sedang) atau lorongan toju’ (slow), lagu-lagu
yang dimainkan biasanya berasal dari berbagai lagu gending karawitan.
Ketika
mengiringi kerapan sapi menuju lapangan untuk berlaga, irama sarka’ ini
dimainkan untuk memberikan dorongan semangat, baik kepada sapi atau pun pemilik
serta para pengiringnya. Begitu pula ketika orkes Saronen mengiringi sepasang
pengantin, irama ini dimainkan sampai sepasang pengantin itu mencapai pintu gerbang.
Musik berirama sarka’ ini, mampu menciptakan suasana hangat dan kegembiraan
bagi penonton.
Sedangkan
irama lorongan jhalan (irama sedang), biasanya dimainkan pada saat dalam
perjalanan menuju lokasi. Baik ketika sedang mengiringi sapi kerapan ataupun
atraksi sapi sono’. Selain itu, irama ini dimainkan ketika mengiringi atraksi
kuda kenca’ atau pun di berbagai acara ritual yang berkaitan dengan prosesi
kehidupan manusia. Adapun lagu-lagu yang dimainkan berasal dari lagu-lagu
gending karawitan, seperti gending Nong-Nong, Manyar Sebuh, Lan-jalan ataupun
Bronto Sewu.
Irama
lorongan toju’, biasanya memainkan lagu-lagu gending yang berirama lembut
(slow). Jenis irama ini dipakai untuk mengungkapkan luapan perasaan yang
melankonis, rindu dendam, suasana sedih ataupun perasaan bahagia. Irama
lorongan toju’ biasa dimainkan ketika mengiringi pengantin keluar dari pintu
gerbang menuju pintu pelaminan. Adapun gending-gending yang dimainkan adalah
alunan gending Angling, Rarari, Puspawarna, Kinanti, Gung-Gung dan lainnya.
Dalam
setiap penampilan agar semakin memikat, biasanya para pemain menggunakan
seragam yang sama. Untuk acara-acara ritual, para pemain biasanya memakai
odheng Madura dan bersarung, ada juga yang mengenakan celana dan baju hitam
longgar khas petani Madura serta berkaos dengan motif garis-garis panjang
berwarna merah putih. Namun di kalangan kaum muda biasanya mereka tampil lebih
modern, dengan mengenakan pakaian warna-warna terang dan mencolok serta memakai
rompi yang dihiasi oleh rumbai-rumbai benang emas. Penampilan mereka semakin
keren dengan memakai kaca mata hitam serta topi lakan.
Khusus
musik Saronen, kaum muda (yang tinggal di pedesaan) tidak merasa malu ketika
menggeluti musik ini. Karena jenis irama yang dimainkan dapat disesuaikan dengan
perkembangan musik yang sedang ngetren. Disamping itu musik etnik ini mampu
dimainkan, dimodifikasi dan diimprovisasi ke berbagai aliran musik. Sehingga
irama yang dihasilkan memenuhi selera masyarakat baik yang menyukai jenis musik
dangdut, pop, keroncong, karawitan/gendingan/tembang ataupun aliran musik
kontemporer.
Dikutip
dari http://lontarmadura.com/musik-daerah-etnis-madura/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar