KOMUNIKASI PENDIDIKAN
(Pola
Komunikasi dalam Pendidikan)
Mery
Ariansyah
A.
Komunikasi
Pendidikan
Pendidikan adalah topik
masa depan, pembicaraan yang tidak
berujung dan jauh dari kata final. Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap
serta tingkah laku baik individu maupun kelompok guna mendewasakan diri mereka
melalui pengajaran dan latihan.
Setiap perilaku
mempunyai potensi komunikasi. Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat orang
tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang
lain maka orang tersebut sudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak
tubuh, ekspresi wajah (komunikasi non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh
orang lain menjadi suatu stimulus.[1]
Komunikasi merupakan
disiplin ilmu yang cukup penting dalam perkembangan pendidikan. Komuikasi
adalah roses penyampaian pesan dari komuniator (sumber) kepada komunikan
(penerima) melalui media tertentu untuk menghasilakan efek atau tujuan tertentu
dengan mengharapkan feedback.[2] Umpan
balik (feedback) merupakan bagian
atau unsur integral dalam komunikasi yang memungkinkan pembicara memonitor
proses dan menilai sukses usaha yang telah dilaksanakan dalam rangka mencapai
respon yang diharapkan dari pihak penerima.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan,
komunikasi pendidikan merupakan komunikasi yang terjadi dalam suasana
pendidikan. Di sini komunikasi tidak lagi bebas, artinya komunikasi yang
berlangsung dikendalikan dan dikondisikan untuk tujuan-tujuan pendidikan.
Salah satu tujuan pendidikan yang ada di dalam kelas adalah
posisi ketika guru sebagai komunikator atau peserta didik sebagai komunikan
atau sebaliknya, diharapkan terjadi proses penyampaian pesan yang dapat
diterima keduanya. Dengan demikian, komunikasi yang terjadi di dalam proses
pembelajaran adalah komunikasi yang sengaja direncanakan untuk mencapai tujuan
tersebut.
B.
Pola
Komunikasi
Komunikasi merupakan
suatu hal yang mudah, ia menjadi susah ketika kita tidak menyebutnya mudah.
Wajib hukumnya bagi seorang guru untuk bisa menguasai teknik pengelolaan serta
pelaksanaan inetraksi belajar mengajar. Hal ini dikatakan wajib karena tidak
jarang peserta didik sering mengalami “Mis
Communication”. Mis communication adalah suatu kondisi dimana proses
penyampaian pesan tidak berlangsung sebagaimana mestinya. Sehingga timbullah
kesalahan persepsi bagi tiap-tiap komunikan. Kegagalan-kegagalan ini, biasanya
dikarenakan lemahnya sistem komunikasi.
Untuk itulah pendidik
perlu mengembangkan berbagai pola komunikasi efektif dalam proses pembelajaran.
Pola komunikasi pendidikan yang dimaksud adalah hubungan atau interaksi antara
pendidik dengan peserta didik pada saat proses belajar mengajar berlangsung,
atau dengan istilah lain yaitu hubungan aktif antara pendidik dan peserta didik.[3]
Ada tiga pola komunikasi yang dapat digunakan untuk
mengembangkan interaksi antara guru dan siswa yaitu:
1.
Komunikasi sebagai Aksi (Komunikasi Satu Arah). Dalam komunikasi ini guru berperan
sebagai pemberi aksi dan peserta didik pasif. Artinya, guru adalah sektor utama
sebagai sumber pesan yang ingin disampaikan. Dalam hal ini guru memiliki peran
paling penting serta memikul beban yang cukup berat. Penyebabnya adalah guru
harus memposisikan dirinya sebaik yang mereka bisa dalam menyampaikan pesan.
Semua materi harus terlaksana dan terorganisir dengan baik.
Posisi peserta didik yang pasif
mengharuskan guru terlebih dahulu mengetahui segala kekurangan dan kelemaham
para peserta didiknya. Bagian dari pesan yang dianggap sulit, seharusnya lebih
ditekankan dan memiliki porsi lebih dibandingkan yang lain. Ceramah pada
dasarnya merupakan contoh komunikasi satu arah, atau komunikasi sebagai aksi.
Contoh riil komunikasi satu arah di
dalam kelas adalah ketika guru memberikan arahan materi dengan metode ceramah.
Ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan
secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.
Metode ceramah merupakan metode yang
sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur. Hal ini
selain disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya faktor
kebiasaan baik dari guru ataupun siswa. Guru biasanya belum merasa puas
manakala dalam proses pengelolaan pembelajaran tidak melakukan ceramah.
Demikian juga dengan siswa, mereka akan belajar manakala ada guru yang
memberikan materi pelajaran melalui ceramah, sehingga ada guru yang berceramah
berarti ada proses belajar dan tidak ada guru berarti tidak belajar.
Berikut beberapa keunggulan dan
kelemahan ceramah. Ceramah merupakan metode yang “murah” dan “mudah” untuk
dilakukan. Murah dalam hal ini dimaksudkan proses ceramah tidak memerlukan
peralatan-peralatan yang lengkap, berbeda dengan metode yang lain seperti
demonstrasi atau peragaan. Sedangkan mudah, memang ceramah hanya mengandalkan
suaru guru, dengan demikian tidak terlalu memerlukan persiapan yang rumit. Ceramah
dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan. Artinya, guru
dapat mengatur pokok-pokok materi yang
mana yang perlu ditekankan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin
dicapai.
Selain itu metode ini memiliki
kekurangan diantaranya; materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari
ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru. Kelemahan ini memang
kelemahan yang paling dominan, sebab apa yang diberikan guru adalah apa yang
dikuasainya, sehingga apa yang dikuasai siswa pun akan tergantung pada apa yang
dikuasai guru. Selanjutnya adalah Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur
yang baik, ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan. Sering
terjadi, walaupun secara fisik siswa ada di dalam kelas, namun secara mental
siswa sama sekali tidak mengikuti jalannya proses pembelajaran; pikirannya
melayang kemana-mana atau siswa mengantuk, oleh karena gaya bertutur guru tidak
menarik, dan lain lain.
2.
Komunikasi sebagai Interaksi (Komunikasi
Dua Arah). Pada komunikasi ini guru dan peserta didik dapat berperan sama, yaitu
pemberi aksi dan penerima aksi. Antara guru dan peserta didik memiliki peran
yang seimbang, keduanya sama-sama berperan aktif. Disini sudah terlihat
hubungan dua arah, artinya dalam hal ini sudah disertai feedback atau umpan
balik dari komunikan (peserta didik).
Komunikasi
dengan cara seperti ini dinilai lebih efektif dibandingkan dengan metode
ceramah. Peserta didik dalam hal ini bisa memposisikan dirinya untuk bertanya
ketika ia tidak memahami pesan yang disampaikan oleh pendidik. Mereka mulai
memiliki kesempatan untuk memberi saran atau masukan ketika merasa kurang puas
atas penjelasan yang diterima. Komunikasi dua arah hanya terbatas pada guru dan
siswa secara individual, antara pelajar satu dengan pelajar lainya tidak ada
hubungan. Peserta didik tidak dapat berinterkasi dengan teman lainnya. Dengan
kata lain kesempatan untuk berbagi pesan serta menerima opini teman masih belum
terlaksana dalam komunikasi dua arah. Kendati demikian, komunikasi ini lebih
baik dari yang pertama.
3.
Komunikasi sebagai Transaksi (Komunikasi
Banyak Arah). Komunikasi ini tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara
guru dan siswa tetapi juga melibatkkan interaksi yang dinamis antara siswa
dengan siswa. Proses belajar mengajar dengan pola komunikasi ini mengarah pada
proses pemebelajaran yang mengembangkan kegiatan siswa yang optimal, sehingga
menumbuhkan siswa belajar aktif. Diskusi dan simulasi merupakan strategi yang
dapat mengembangkan komunikasi ini.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diskusi
merupakan pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah.
Diskusi dikategorikan sebagai forum ilmiah yang menggunakan komunikasi banyak
arah, dikarenakan dalam hal ini antara guru, peserta didik, dan peserta didik
lainnya bisa tercipta suatu interaksi. Interaksi yang diharapkan mampu
menghidupkan dan menghangatkan suasana kelas. Interaksi yang di dalamnya antara
guru, peserta didik, dan peserta didik lainnya bisa saling bertukar pikiran
sekaligus berbagi ilmu. Dalam hal ini dia yang berperan sebagai komunikator
bukan lagi terbatas pada guru sebagai pendidik, melainkan peserta didik
memiliki hak yang sama untuk menjadi sumber penyampaian pesan. Seperti kita
ketahui sebelumnya, untuk menjadi komunikator dalam konteks kependidikan,
sesuatu yang ia sampaikan jelas adanya. bisa dipahami, tidak ambigu, logis, dan
memiliki referensi yang jelas. Oleh karena itulah, setiap pesan yang
disampaikan bisa dipertanggung jawabkan kebenaran dan keakuratannya.
Simulasi berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan
metode pelatihan yg meragakan sesuatu dalam bentuk tiruan yang mirip dengan
keadaan yang sesungguhnya; penggambaran suatu sistem atau proses dengan
peragaan berupa model statistik atau pemeranan.
Tujuan simulasi adalah
untuk meningkatkan kebolehan murid mengaplikasikan konsep-konsep tertentu dalam
penyelesaian masalah. Simulasi adalah suatu situasi yang diwujudkan supaya
menyerupai situasi sebenar tetapi dalam bentuk yang dipermudahkan, diringkaskan
atau dikecilkan supaya masalah atau isu yang berkaitan lebih mudah diselesaikan.
Menyimulasi merupakan
suatu kondisi dimana terjadi proses menirukan atau
menyerupakan kepada sesuatu yang besar dengan ukuran yang lebih kecil.
Misalnya, balon dapat digunakan untuk menyimulasi gunung meletus. Fakta dari
keduanya adalah memiliki sifat yang sama yakni bisa meletus pada kondisi
tertentu. Hal ini dirasa cukup efektif dalam pembelajaran, karena secara tidak
langsung bisa merangsang peserta didik untuk bertanya dan atau menyampaikan
pendapatnya, serta memancing peserta didik lainnya untuk menanggapi dan atau
menanyakan hal-hal lain kepada komnikator ataupun sesama komunikan. Sehingga
timbullah komunikasi banyak arah.
C.
Daya
Komunikatif
Daya merupakan kemampuan mendatangkan hasil dan manfaat,
efisiensi, serta ketepatan penggunaan. Suatu sisi daya berarti kondisi yang
memungkinkan untuk mendatangkan hasil dan manfaat serta mampu melaksanakn
sebuah tugas dengan baik.
Sedangkan komunikatif merupakan suatu keadaan saling
berhubungan dan mudah dihubungi, serta mudah dipahami atau dimengerti. Artinya
antara seorang peserta didik dengan guru dan atau dengan peserta didik lainnya,
menyatu dalam satu ruang lingkup yang sama, yaitu di dalam kelas. Kondisi yang
cukup kondusif untuk membangun komunikasi.
Ada sesuatu dalam bahasa manusia yang menyebabkan
sebuah argumen dapat berpengaruh tanpa dipaksakan. Itulah daya komunikatif.
Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum memahami serta memanfaatkan
kekuatan dan daya komunikatif dalam konteks pendidikan antara lain;[4]
·
Siapa yang Anda ajak bicara
·
Berapa jumlah orang yang Anda ajak
bicara
·
Bagaimana kualitas orang yang
mendengarkan anda
·
Di mana Anda sedang berbicara
·
Dalam konteks apa Anda sedang berbicara
Pada dasarnya tingkat kemampuan dan kebutuhan tiap
peserta didik berbeda, untuk itulah pendidik seharusnya memahami segala bentuk
kebutuhan para peserta didiknya sebaik mungkin. Keberhasilan suatu pembelajaran
juga ditentukan oleh seberapa besar keberhasilan proses komuniasi dalam
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Fathul Mujib, Super
Power in Educating, DIVA Press, Jogjakarta, 2012
http://www.slideshare.net/210878/4-fungsi-komunikasi-pendidikan
http://dakwahdigital.blogspot.com/2012/10/macam-macam-pola-komunikasi.html
nice artikel salam kenal dari www.dakwahdigital.blogspot.com
BalasHapus