Jumat, 29 November 2013

Pola Komunikasi Pendidikan



KOMUNIKASI PENDIDIKAN
(Pola Komunikasi dalam Pendidikan)
Mery Ariansyah
A.    Komunikasi Pendidikan
Pendidikan adalah topik masa depan,  pembicaraan yang tidak berujung dan jauh dari kata final. Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap serta tingkah laku baik individu maupun kelompok guna mendewasakan diri mereka melalui pengajaran dan latihan.
Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi. Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang tersebut sudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi suatu stimulus.[1]
Komunikasi merupakan disiplin ilmu yang cukup penting dalam perkembangan pendidikan. Komuikasi adalah roses penyampaian pesan dari komuniator (sumber) kepada komunikan (penerima) melalui media tertentu untuk menghasilakan efek atau tujuan tertentu dengan mengharapkan feedback.[2] Umpan balik (feedback) merupakan bagian atau unsur integral dalam komunikasi yang memungkinkan pembicara memonitor proses dan menilai sukses usaha yang telah dilaksanakan dalam rangka mencapai respon yang diharapkan dari pihak penerima.  Sehingga dapat ditarik kesimpulan, komunikasi pendidikan merupakan komunikasi yang terjadi dalam suasana pendidikan. Di sini komunikasi tidak lagi bebas, artinya komunikasi yang berlangsung dikendalikan dan dikondisikan untuk tujuan-tujuan pendidikan.
Salah satu tujuan pendidikan yang ada di dalam kelas adalah posisi ketika guru sebagai komunikator atau peserta didik sebagai komunikan atau sebaliknya, diharapkan terjadi proses penyampaian pesan yang dapat diterima keduanya. Dengan demikian, komunikasi yang terjadi di dalam proses pembelajaran adalah komunikasi yang sengaja direncanakan untuk mencapai tujuan tersebut.
B.     Pola Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu hal yang mudah, ia menjadi susah ketika kita tidak menyebutnya mudah. Wajib hukumnya bagi seorang guru untuk bisa menguasai teknik pengelolaan serta pelaksanaan inetraksi belajar mengajar. Hal ini dikatakan wajib karena tidak jarang peserta didik sering mengalami “Mis Communication”. Mis communication adalah suatu kondisi dimana proses penyampaian pesan tidak berlangsung sebagaimana mestinya. Sehingga timbullah kesalahan persepsi bagi tiap-tiap komunikan. Kegagalan-kegagalan ini, biasanya dikarenakan lemahnya sistem komunikasi.
Untuk itulah pendidik perlu mengembangkan berbagai pola komunikasi efektif dalam proses pembelajaran. Pola komunikasi pendidikan yang dimaksud adalah hubungan atau interaksi antara pendidik dengan peserta didik pada saat proses belajar mengajar berlangsung, atau dengan istilah lain yaitu hubungan aktif antara pendidik dan peserta didik.[3]
               Ada tiga pola komunikasi yang dapat digunakan untuk mengembangkan interaksi antara guru dan siswa yaitu:
1.      Komunikasi sebagai Aksi (Komunikasi Satu Arah). Dalam komunikasi ini guru berperan sebagai pemberi aksi dan peserta didik pasif. Artinya, guru adalah sektor utama sebagai sumber pesan yang ingin disampaikan. Dalam hal ini guru memiliki peran paling penting serta memikul beban yang cukup berat. Penyebabnya adalah guru harus memposisikan dirinya sebaik yang mereka bisa dalam menyampaikan pesan. Semua materi harus terlaksana dan terorganisir dengan baik.
Posisi peserta didik yang pasif mengharuskan guru terlebih dahulu mengetahui segala kekurangan dan kelemaham para peserta didiknya. Bagian dari pesan yang dianggap sulit, seharusnya lebih ditekankan dan memiliki porsi lebih dibandingkan yang lain. Ceramah pada dasarnya merupakan contoh komunikasi satu arah, atau komunikasi sebagai aksi.
Contoh riil komunikasi satu arah di dalam kelas adalah ketika guru memberikan arahan materi dengan metode ceramah. Ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.
Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur. Hal ini selain disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya faktor kebiasaan baik dari guru ataupun siswa. Guru biasanya belum merasa puas manakala dalam proses pengelolaan pembelajaran tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa, mereka akan belajar manakala ada guru yang memberikan materi pelajaran melalui ceramah, sehingga ada guru yang berceramah berarti ada proses belajar dan tidak ada guru berarti tidak belajar.
Berikut beberapa keunggulan dan kelemahan ceramah. Ceramah merupakan metode yang “murah” dan “mudah” untuk dilakukan. Murah dalam hal ini dimaksudkan proses ceramah tidak memerlukan peralatan-peralatan yang lengkap, berbeda dengan metode yang lain seperti demonstrasi atau peragaan. Sedangkan mudah, memang ceramah hanya mengandalkan suaru guru, dengan demikian tidak terlalu memerlukan persiapan yang rumit. Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan. Artinya, guru dapat  mengatur pokok-pokok materi yang mana yang perlu ditekankan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.
Selain itu metode ini memiliki kekurangan diantaranya; materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru. Kelemahan ini memang kelemahan yang paling dominan, sebab apa yang diberikan guru adalah apa yang dikuasainya, sehingga apa yang dikuasai siswa pun akan tergantung pada apa yang dikuasai guru. Selanjutnya adalah Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan. Sering terjadi, walaupun secara fisik siswa ada di dalam kelas, namun secara mental siswa sama sekali tidak mengikuti jalannya proses pembelajaran; pikirannya melayang kemana-mana atau siswa mengantuk, oleh karena gaya bertutur guru tidak menarik, dan lain lain.
2.      Komunikasi sebagai Interaksi (Komunikasi Dua Arah). Pada komunikasi ini guru dan peserta didik dapat berperan sama, yaitu pemberi aksi dan penerima aksi. Antara guru dan peserta didik memiliki peran yang seimbang, keduanya sama-sama berperan aktif. Disini sudah terlihat hubungan dua arah, artinya dalam hal ini sudah disertai feedback atau umpan balik dari komunikan (peserta didik).
Komunikasi dengan cara seperti ini dinilai lebih efektif dibandingkan dengan metode ceramah. Peserta didik dalam hal ini bisa memposisikan dirinya untuk bertanya ketika ia tidak memahami pesan yang disampaikan oleh pendidik. Mereka mulai memiliki kesempatan untuk memberi saran atau masukan ketika merasa kurang puas atas penjelasan yang diterima. Komunikasi dua arah hanya terbatas pada guru dan siswa secara individual, antara pelajar satu dengan pelajar lainya tidak ada hubungan. Peserta didik tidak dapat berinterkasi dengan teman lainnya. Dengan kata lain kesempatan untuk berbagi pesan serta menerima opini teman masih belum terlaksana dalam komunikasi dua arah. Kendati demikian, komunikasi ini lebih baik dari yang pertama.
3.      Komunikasi sebagai Transaksi (Komunikasi Banyak Arah). Komunikasi ini tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara guru dan siswa tetapi juga melibatkkan interaksi yang dinamis antara siswa dengan siswa. Proses belajar mengajar dengan pola komunikasi ini mengarah pada proses pemebelajaran yang mengembangkan kegiatan siswa yang optimal, sehingga menumbuhkan siswa belajar aktif. Diskusi dan simulasi merupakan strategi yang dapat mengembangkan komunikasi ini.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diskusi merupakan pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah. Diskusi dikategorikan sebagai forum ilmiah yang menggunakan komunikasi banyak arah, dikarenakan dalam hal ini antara guru, peserta didik, dan peserta didik lainnya bisa tercipta suatu interaksi. Interaksi yang diharapkan mampu menghidupkan dan menghangatkan suasana kelas. Interaksi yang di dalamnya antara guru, peserta didik, dan peserta didik lainnya bisa saling bertukar pikiran sekaligus berbagi ilmu. Dalam hal ini dia yang berperan sebagai komunikator bukan lagi terbatas pada guru sebagai pendidik, melainkan peserta didik memiliki hak yang sama untuk menjadi sumber penyampaian pesan. Seperti kita ketahui sebelumnya, untuk menjadi komunikator dalam konteks kependidikan, sesuatu yang ia sampaikan jelas adanya. bisa dipahami, tidak ambigu, logis, dan memiliki referensi yang jelas. Oleh karena itulah, setiap pesan yang disampaikan bisa dipertanggung jawabkan kebenaran dan keakuratannya.
Simulasi berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan metode pelatihan yg meragakan sesuatu dalam bentuk tiruan yang mirip dengan keadaan yang sesungguhnya; penggambaran suatu sistem atau proses dengan peragaan berupa model statistik atau pemeranan.
Tujuan simulasi adalah untuk meningkatkan kebolehan murid mengaplikasikan konsep-konsep tertentu dalam penyelesaian masalah. Simulasi adalah suatu situasi yang diwujudkan supaya menyerupai situasi sebenar tetapi dalam bentuk yang dipermudahkan, diringkaskan atau dikecilkan supaya masalah atau isu yang berkaitan lebih mudah diselesaikan.
Menyimulasi merupakan suatu kondisi dimana terjadi proses menirukan atau menyerupakan kepada sesuatu yang besar dengan ukuran yang lebih kecil. Misalnya, balon dapat digunakan untuk menyimulasi gunung meletus. Fakta dari keduanya adalah memiliki sifat yang sama yakni bisa meletus pada kondisi tertentu. Hal ini dirasa cukup efektif dalam pembelajaran, karena secara tidak langsung bisa merangsang peserta didik untuk bertanya dan atau menyampaikan pendapatnya, serta memancing peserta didik lainnya untuk menanggapi dan atau menanyakan hal-hal lain kepada komnikator ataupun sesama komunikan. Sehingga timbullah komunikasi banyak arah.
C.    Daya Komunikatif
Daya merupakan  kemampuan mendatangkan hasil dan manfaat, efisiensi, serta ketepatan penggunaan. Suatu sisi daya berarti kondisi yang memungkinkan untuk mendatangkan hasil dan manfaat serta mampu melaksanakn sebuah tugas dengan baik.
Sedangkan komunikatif merupakan suatu keadaan saling berhubungan dan mudah dihubungi, serta mudah dipahami atau dimengerti. Artinya antara seorang peserta didik dengan guru dan atau dengan peserta didik lainnya, menyatu dalam satu ruang lingkup yang sama, yaitu di dalam kelas. Kondisi yang cukup kondusif untuk membangun komunikasi.
Ada sesuatu dalam bahasa manusia yang menyebabkan sebuah argumen dapat berpengaruh tanpa dipaksakan. Itulah daya komunikatif. Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum memahami serta memanfaatkan kekuatan dan daya komunikatif dalam konteks pendidikan antara lain;[4]
·         Siapa yang Anda ajak bicara
·         Berapa jumlah orang yang Anda ajak bicara
·         Bagaimana kualitas orang yang mendengarkan anda
·         Di mana Anda sedang berbicara
·         Dalam konteks apa Anda sedang berbicara
Pada dasarnya tingkat kemampuan dan kebutuhan tiap peserta didik berbeda, untuk itulah pendidik seharusnya memahami segala bentuk kebutuhan para peserta didiknya sebaik mungkin. Keberhasilan suatu pembelajaran juga ditentukan oleh seberapa besar keberhasilan proses komuniasi dalam pembelajaran.


                                                  DAFTAR PUSTAKA 
                                                                    
Fathul Mujib, Super Power in Educating, DIVA Press, Jogjakarta, 2012
http://www.slideshare.net/210878/4-fungsi-komunikasi-pendidikan
http://dakwahdigital.blogspot.com/2012/10/macam-macam-pola-komunikasi.html


[1] http://www.slideshare.net/210878/4-fungsi-komunikasi-pendidikan (22-11-3013)
[2] Fathul Mujib, Super Power in Educating, DIVA Press, Jogjakarta, 2012. hal. 98.
[3] http://dakwahdigital.blogspot.com/2012/10/macam-macam-pola-komunikasi.html (22-11-2013)
[4] Fathul Mujib, Op Cit. hal. 99

1 komentar: